Saya belum tertarik menulis tentang tugu naga Singkawang karena belum menemukan alasan yang logis kenapa polemik ini seperti benang kusut....hingga suatu hari saya di mintai komentar oleh seorang teman....saya pikir pokok permasalahannya bukan tugu Naga itu tetapi kepentingan politik yang lebih besar yang kebetulan menemukan alasan kuat untuk memperkeruh suasana. dengan isue sentimen SARA..Secara logika letak tugu Naga ada di lokasi pecinan singkawang dimana radius 100m yang kita jumpai adalah orang Hakka Singkawang dan secara tata letak sudah benar ( terlepas isu Jalanan umum di pakai untuk mendirikan tugu ini ) ....jika tugu ini dipaksakan berdiri di kampung melayu atau Roban or sekip lama ..gagasan ini jelas tidak benar karena salah habitat dan saya juga akan tidak setuju.
Sekarang kita bahas isue tugu naga versus pelacur politik berkedok agama....dengan berubahnya peta politik di kota singkawang dan makin banyaknya orang hakka singkawang terlibat langsung di kancah politik baik resmi maupun tidak berdampak banyak yang tidak suka dan saya pikir para pelacur politik belum siap menerima kenyataan....ha2..dan mencari peluang merusak image Singkawang dengan menghembuskan isue2 SARA ( dalam kamus saya dikenal Power Sindrom )dimana sekarang mereka merasa di kucilkan dari ladang emas mereka.
Sentimen SARA adalah obat yang paling ampuh untuk menarik pengikut apalagi di tambah iming2 kekuasaan menjadi daya tarik sendiri....orang Hakka Singkawang sudah menjadi korban politik sejak jaman belanda hingga era reformasi....dan sekarang mulai menikmati sedikit kebebasan dalam berekspresi dgn mulai di hargainya budaya Hakka di Singkawang. Era persamaan ini baru di nikmati beberapa tahun terakhir dan hal yang paling cepat berkembang dan gampang adalah promosi identitas melalui budaya, dan kebetulan mayoritas penduduk Singkawang adalah orang Hakka dan otomatis nuansa Hakka yang lebih menonjol...dan kebetulan dibangun tugu naga sebagai icon wisata Singkawang.....so what wrong...dan saya pikir tidak ada maksud menghina suku bangsa yang lain......dasar primitif yang cuma pikirin selangkang aja...ha2
Tugu Naga hanyalah korban rasialisme di Singkawang...dan tidak heran kalo saya bilang sebagai simbol perlawanan rasialisme di kota ini, kita tentu tidak mau hidup dalam persamaan semu....kenapa kebersamaan tidak di jadikan modal untuk membangun kota Singkawang? Kenapa Singkawang tidak bisa jadi contoh plurarisme di Indonesia....haruskan kita ikut terseret dalam pertualangan para pelacur politik berkedok agama...orang Singkawang sudah sangat dewasa dan sekarang lagi menikmati kehidupan yang demokratis.....dan masih maukah kita jadi korban rasialisme itu.....jadi komentar saya ....jadikanlah tugu Naga simbol perlawanan Rasialisme di Singkawang......justice not blind
Blogger Templates
