Dari judul diatas seakan2 saya kecewa dan frustasi sama keadaan Singkawang, kenapa saya sakit hati dengan Singkawang ? he2....saya lagi merindukan suasana Singkawang yang damai dan bersahabat dimana masa itu saya lewati segala kegembiraan dan keceriaan tanpa ada pembatas dalam masyarakat Singkawang. Sungguh itu waktu yang sangat mahal dan tidak tergantikan, terus apa hubungannya dengan Singkawang yang sekarang?Singkawang yang saya kenal telah berubah dan menjadi kota yang tidak bersahabat dan penuh kecurigaan antar golongan dan sikap arogansi yang di tunjukan oleh pejabat dan tokoh masyarakat yang penuh tipu muslihat.Tanpa sadar kita telah dibenturkan or diberi pembatas atas nama SARA, perasaan saling curiga yang begitu kuat antar golongan membawa suasana Singkawang seperti bom waktu yang siap meledak menunggu perintah dari pihak yang memanfaatkan masyarakat Singkawang. Sadarkan kita kalo gap perbedaan itu sudah sangat kritis dan kita masih saja terbuai oleh semangat kebebasan yang kebablasan. Singkawang berubah secara politik, ekonomi dan sosial budaya serta di dukung informasi teknologi khususnya internet hingga masyarakat Singkawang sangat gambang berekspresi melalui media tersebut.
Dengan jejaring sosial setiap orang merasa exist dan harus update serta narsis bin lebay, kebebasan itu penting karena mendewasakan diri kita asal jangan salah artikan dan ingat kebebasan kita di batasi oleh kebebasan orang lain. Setiap orang bebas berpendapat dan trend yang terjadi di masyarakat Singkawang adalah berargumen di jejaring sosial dengan arogan dan terus merasa menang, kita nggak pernah menyadari itu hanya semu dan makin memperburuk keadaan. Setiap arogansi akan dilawan dengan arogansi baru. Beragurmen tanpa solusi akan kelihatan bertapa bodohnya diri kita dan bertapa gampangnya kita dimanfaatkan oleh orang lain.
Masyarakat Singkawang terus mengkritik keadaan yang banyak salah pengelolahan, sikap pemkot seolah buta dan tuli dan menganggap masyarakat terlalu manja, tentu sikap itu adalah arogan . Dan arogansi pemkot akan di balas dengan arogansi baru di dalam masyarakat.
Kenapa FPI begitu leluasa menunjukan arogansi di masyarakat Singkawang? itu karena FPI tahu kalo masyarakat singkawang sudah terkotak2 dan di beri batas pemisah oleh para elite yang mencari keuntungan dengan sentimen berbau SARA. Tidak ada yang berubah kalo sikap masyarakat Singkawang tetap saling curiga dan penuh arogansi, sikap eklusive bukan jalan keluar untuk membangun Singkawang. Jangan lagi kita mencontoh sikap para pejabat dan tokoh masyarakat yang terus memicu saling curiga dan arogan, kita sebagai masyarakat Singkawang punya hak suara untuk berubah.
Sebagai masyarakat Singkawang jangan mau lagi di kotak2in dalam nama golongan, mari kita sadari pentingnya keterbukaan dan saling menerima serta mulai mengurangi rasa curiga yang berlebihan antar golongan dalam masyarakat. Kita semua hidup dalam satu Singkawang dan menginginkan Singkawang yang lebih baik buat semua dan bukan buat sebagian golongan or elite saja. Kita bisa kok mengunakan kebebasan dan kebersamaan ini untuk hal positif dan membawa manfaat bagi masyarakat Singkawang.
Buat apa hidup eklusive kalo akhirnya akan rusak semua tatanan hidup dalam masyarakat Singkawang, tunjukan kalo masyarakat Singkawang bisa kompak dan tidak gampang diadu domba, sebagai masyarakat kalo kecewa sama pemkot Singkawang , kita cukup bertindak cerdas dan menunggu pilkada yang akan datang dan kita akan memilih pemimpin yang punya visi , plural dan ambisi baik untuk memajukan Singkawang tanpa harus adu otot karena akan sia2.
Jadikan Singkawang kota yang damai, indah dan punya masa depan buat kita semua tanpa membawa embel2 apapun, jadikan Singkawang sebagai peninggalan yang baik buat anak cucu kita, jadikan Singkawang contoh masyarakat plural yang paling bagus di Indonesia, jadikan Singkawang kota yang paling bersahabat bagi siapapun juga........SATU SINGKAWANG UNTUK SEMUA........wow unbelievable iam so serious now........
